Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Apa kabar pembaca semua? Semoga kabar anda
semua dalam keadaan baik yaa meskipun lagi banyak ujian dan rintangan dalam
menjalani kehidupan di dunia ini. Amin!
Perkenalkan, nama saya Fajri Ardi Andika. Saya
berasal dari Dumai, provinsi Riau. Di sini saya akan menceritakan tentang
bagaimana perjalanan saya sebelum masuk PLN dan suka duka yang dilalui setelah
menjadi bagian dari PLN.
Mungkin sebagian besar rakyat Indonesia
khususnya para pembaca sudah mengetahui apa itu PLN tanpa perlu penulis jelaskan. PT PLN
(Persero) adalah perusahaan BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan di Indonesia, mulai
dari pembangkitan, penyaluran (transmisi), hingga distribusi ke pelanggan. Tugas utamanya PLN ialah melistriki seluruh
nusantara dengan slogan, “Listrik Untuk Kehidupan yang Lebih Baik”.
Saya adalah anak pertama dari tujuh
bersaudara. Saya lulus SMA pada tahun 2015. Setelah lulus SMA saya pernah
melanjutkan studi di Universitas Riau jurusan S1 Teknik Kimia selama dua bulan.
Dalam rentang waktu mulai dari saya lulus SMA beriringan dengan berjalannya
proses hingga akhirnya saya lulus tes rekrutmen PLN Wilayah Riau dan Kepulauan
Riau setelah melalui serangkaian tahapan tes yang cukup panjang. Mulai dari tes
administrasi (ADM), fisik (endurance), akademik, psikotes, dua kali tahapan tes kesehatan, dan
wawancara. Kemudian, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari bangku kuliah
karena saya memutuskan untuk bergabung ke PLN. Pada saat itu juga menjadi
sebuah dilema bagi saya karena saya harus rela melepas dua beasiswa pendidikan
yang telah saya dapatkan yakni Darmasiswa Chevron Riau (DCR) dan beasiswa dari
DIKTI (Bidik Misi), yang juga didapat setelah melalui serangakian seleksi
ketika SMA. Namun, tekad saya sudah bulat meskipun masuk PLN dari jalur tamatan
SMA. Karena jika saya kuliah mungkin saya hanya bisa memenuhi untuk kebutuhan
saya sendiri. Sedangkan jika saya menjadi pegawai PLN saya bisa membantu
perekonomian orang tua dan bisa membantu biaya pendidikan untuk adik-adik saya.
Setelah lolos semua tahapan tes rekrutmen PLN,
kami tidak langsung diangkat menjadi pegawai PLN. Tetapi, kami harus melalui
yang namanya “Diklat Prajabatan”. Diklat Prajabatan terdiri kesemaptaan,
pengenalan perusahaan, pembidangan, On the JoB Training, dan Telaah staf.
Sedihnya, jika ada yang tidak lulus dari serangkaian tahapan tersebut, maka
tidak akan diangkat menjadi pegawai PLN. Dan sia-sialah semua perjuangan yang
telah lalu, hahahaha :D. Selama masa prajabatan kami tidak mendapat gaji namun di kasi yang namanya uang
saku perbulan sebesar 2 juta rupiah per bulan, lumayan,,,,, hehehe.
Saya
kesemaptaan di Rindam I Bukit Barisan, Padang Panjang. Kesemaptaan
itu pendidikan bela negara untuk melatih
mental agar tangguh dan mampu menghadapi tantangan serta melatih jiwa korsa
kami para calon pegawai PLN. Di sana kami di siksa, ehh lebih tepatnya ditempa
oleh para tentara yang kami panggil dengan sebutan “pelatih” untuk menjadi disiplin dan turunannya
disiplin. Di sana kebersamaan kami semakin erat karena kami dilatih fisik
bersama, makan bersama, tidur bersama dalam barak, dan MCK pun bersama. Di sana
kamar mandi hanya satu tempat yang cukup luas untuk mandi bersama dan bahkan wc –wc nya satu tempat dengan
tempat mandi hanya ada dinding pembatas yang bersekat-sekat kayak warnet
hihihi. Kami menjalani kesemaptaan sekaligus pengenalan perusahaan di sana
selama 10 hari namun terasa lama bagaikan bertahun-tahun.
Setelah lulus dari diklat kesemaptaan dan
pengenalan perusahaan, selanjutnya diklat pembidangan selama 2 bulan, yaitu
sejak dari awal November hingga akhir Desember 2015.
Pada saat pembidangan
inilah kami mulai di bagi-bagi sesuai jurusan. Ada yang bidang pembangkit,
transmisi, dan distribusi. Yang bidang pembangkit dilaksanakan di udiklat
Padang dan udiklat Suralaya, transmisi dilaksanakan di udiklat Semarang , dan
bidang distribusi dilaksanakan di udiklat Padang. Alhamdulillah, pada saat
diklat pembidangan inilah saya berhasil mewujudkan salah satu impian yang
pernah saya tulis dalam selembar kertas HVS
yang saya selipkan dalam buku cetak matematika ketika SMA. Impian itu
adalah keinginan saya untuk bisa naik pesawat. Karena saya terpilih masuk ke
bidang transmisi yang diklat nya di udiklat Semarang.
Terlepas dari kesemaptaan, ternyata pada saat
pembidangan di Semarang ternyata tidak kalah horornya. Karena selama dua bulan diklat pembidangan
kami di temani oleh para tentara yang tidak kalah garangnya. Masih ada push up,
merayap (merayap biasa maupun merayap dengan siku), sikap taubat, basah kuyup
tengah malam dan sebagainya. Semua hukuman tersebut dinamakan dengan
“Tindakan”. Jika ada salah satu teman kami yang melakukan kesalahan atau tidak
maka semua akan kena yang namanya tindakan.
Jadi agar kami tidak terkena tindakan,
maka kami calon pegawai semuanya harus
tidak ada yang melakukan pelanggaran. Sehingga diantara kami harus saling
mengingatkan satu sama lain agar tidak melakukan kesalahan. Begitulah salah
satu cara yang dilakukan para pelatih agar kami senantasa disiplin dalam segala
hal. Pada saat pembidangan ini jadwal kami sangat padat. Kami belajar mulai
dari jam 07.30 sampai jam 17.00 pada hari Senin-Sabtu. Dan tentunya ada waktu buat
istirahat,makan,dan shalat nya yaaa. Di Udiklat, saya dan teman-teman banyak
belajar mulai dari pengenalan tentang transmisi hingga ke tahap yang lebih
mendalam baik teori maupun dalam hal praktiknya. Pada setiap selesainya
materi/BAB, kemudian diadakan evaluasi untuk menilai sudah sejauh mana
kemampuan kami para calon pegawai terhadap materi pelajaran yang telah
diterima. Dan itu ada standard nilai
yang harus dicapai dalam setiap ujian yang dilalui selama diklat. Begitu banyak
pelajaran yang berharga yang saya dapatkan selama diklat pembidangan. Di sana
saya juga mendapatkan teman-teman baru yang berasal dari berbagai daerah di
Indonesia. Ada yang dari Sumatera, Jawa
, Nusa Tenggara, dan lain-lain. Sungguh berkesan pengalaman yang saya dapatkan
selama diklat pembidangan.
Setelah melalui masa pembidangan, kami kembali
ke unit masing-masing untuk persiapan On the job Training. On the Job Training
yaitu tahap dimana calon pegawai PLN menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.
Dan tibalah saat pengumuman penempatan OJT dan hasilnya adalah... Waduhh, saya
dan empat teman yang lainnya melaksanakan OJT
di tempat yang bernama Pulau Ngenang yang terletak di provinsi Kepulauan
Riau. Karena penasaran kami berlima mencoba mencari dimana lokasi tersebut di
Google Map. Alhasil yang kami dapati adalah bahwa Google Map pun tidak tau lokasi Pulau Ngenang tersebut, alias
tidak terdeteksi bungg hahahaha. Kami disana OJT sebagai operator Gardu Induk
Transmisi. Gardu Induk tersebut bernama Gardu Induk Ngenang 150 kV.
Kami berangkat ke pulau Ngenang dengan
ditemani senior kami yang tugas di daerah Tanjung Uban (Pulau Bintan) Kepri.
Dengan perasaan deg-degan dan dengan berbekal semangat “Bersedia ditempatkan
dimana saja di wilayah kerja PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau” yang sudah
kami tanda tangani di atas materai 6000 hehe, kami berangkat ke Ngenang melaui
jalur darat, udara, dan laut.
Ternyata Pulau Ngenang itu termasuk ke dalam
wilayah kota Batam, kecamatan Nongsa. Namun, Pulau Ngenang itu terpisah cukup
jauh dari Pulau Batam. Mungkin oleh karena sebab itu, pembangunan di Pulau Ngenang berjalan lambat.
Sebelum Pulau Ngenang dialiri listrik dari PLN, masyarakat Pulau Ngenang
menggunakan listrik dari Genset Koperasi Unit Desa. Setiap rumah yang dialiri
listrik dari genset desa di bebani biaya lebih dari tiga ratus ribu rupiah
perbulan. Dan itupun listrik hidup hanya 4 jam yakni dari jam 18.00 sampai jam
22.00 dan bahkan kurang dari itu.
Gardu induk Ngenang energize pada tanggal 10
Februari 2016. Masyarakat Pulau Ngenang mulai menikmati listrik dari PLN
sekitar pertengahan Februari 2016. Alhamdulillah masyarakat Pulau Ngenang
sangat terbantu dengan masuknya dari l istrik PLN. Karena mereka bisa menikmati
listrik 24 jam dengan biaya yang jauh lebih murah dari sebelumnya. Pada awalnya
kesulitan atau bisa dibilang tantangan yang kami hadapi cukup berat di sana.
Mulai dari masalah makan dan minum. Kalau kami masak sendiri yaa bahan makanan
nya kami beli ke batam dan itu membutuhkan biaya yang cukup besar untuk
transportasi laut. Untuk biaya sekali jalan dari Ngenang ke batam itu Rp. 80.000.
dan baliknya juga Rp.80.000, jadi totalnya Rp. 160.000 pulang balik. Belum lagi
tantangan ombak yang kadang-kadang cukup
besar yang harus dilalui. Dan untuk minum pun cukup sulit, di Ngenang ada jual
air mineral Sanford botol yang besar, harganya rp.5000 per botol. Dan ada juga
jual air galon yang harganya itu Rp. 10.000 per galon. Jadi kami lebih memilih
untuk membeli air galon. Namun, kami
harus jalan kaki sejauh 1 km untuk membeli air galon. Dan pulangnya, membawa
galon yang berisi air itu dengan cara
dipikul dan berjalan kaki hahahaha. Maka tidak sia-sialah pendiidkan militer
yang kami dapatkan selama diklat kesemaptaan haha. Belum lagi kalau ada
gangguan di jaringan TM. Kami harus
telusuri gangguan, menebang bambu dulu, untuk membersihkan ranting yang nyangkut di TM. Kalau ada masalah
di rumah warga, misalnya seperti mcb
yang meleleh karena korsleting. Kami
juga yang membantu buat mengatasinya. Karena kalau menunggu bantuan dari
orang distribusi atau biro yaa bakalan lama. Jadi apa yang bisa kami lakukan
buat kelancaran pasokan listrrik ke warga, kami lakukan semampu kami tanpa
mengabaikan faktor keselamatan.
Selama OJT kami juga harus mempersiapkan diri
untuk Uji Telaah Staf. Selama OJT kami sebenarnya ada Mentor da n Co Mentor,
masalahnya, Mentor dan Co Mentor kami itu jauh bung, di Pekanbaru. Beda dengan
teman-kami yang lain. Jadi kami harus bisa mempersiapkan makalah sebaik mungkin
yang akan dipresentasikan nanti pada saat Uji Telaah Staf pada Tim Penguji agar
bisa lulus. Kami OJT selama empat bulan.
Dan alhamdulillah kami berlima
lulus Uji Telaah Staf.
Setelah Uji Telaah staf kami kembali ke unit OJT masing-masing sembari menunggu SK
Pengangkatan selama beberapa bulan. Saya dan teman-teman akhirnya menerima SK
Pengangkatan menjadi Pegawai PLN pada
tanggal 7 September 2016. Dan jeng.. jeng... jeng... saya dan tiga teman saya
saat OJT ditempatkan di Pulau Ngenang. Dan teman seperjuangan OJT saya yang
satu lagi di Tugaskan di Tanjung Uban, karena kebutuhan unit. Dan tentu saja
Tanjung Uban itu adalah tempat yang jauh lebih baik dari Tanjung Uban dari segi
fasilitasnya karena Tanjung Uban itu termasuk bukan bukan pelosok hehehe. Jadi
kami pegawai PLN yang di Ngenang tinggal berempat deh.
Tugas utama sebagai operator dengan sistem
shift empat orang sekaligus menjadi CS (Cleaning Service) indoor dan outdoor
karena belum ada CS dan Tukang Kebun di GI. Angkat air galon karena belum ada
motor dinasnya hehe, tapi kadang bisa juga minjam motor warga hihi.
Menyeberangi lautan buat memenuhi kebutuhan seperti kalau kantong lagi kosong
karena di Ngenang gak ada ATM. Membantu menanggulangi masalah kelistrikan di
jaringan distrbusi dan dan rumah warga semampu kami tanpa mengabaikan faktor
K3. Jauh dari keluarga alias jarang pulang kampung, dan lain-lain.
Namun demikian, karena PLN saya jadi banyak
belajar tentang berbagai hal. Seperti kerja keras yang pada akhirnya membawa
manfaat bagi banyak orang, kerja tim, jiwa korsa, lebih dekat dengan
masyarakat, dan masih banyak lagi yang sulit untuk diungkapkan satu persatu. Semenjak
masuk menjadi bagian dari PLN, saya
menjadi tau bahwa Listrik padam itu karena 2 hal. Yaitu karena adanya
pemeliharaan terencana dan karena adanya gangguan. Pemeliharaan itu dilakukan
agar peralatan itu bisa selalu beroperasi secara baik dan bisa di pakai dalam
jangka waktu yang maksimal. Kalau gangguan, bisa terjadi karena masalah
internal maupun eksternal di pembangkit,jaringan, dan lain-lain. Dan apabila
terjadi gangguan, PLN berupaya agar gangguan bisa diatasi secepat mungkin agar
durasi padam tidak lama. Jadi kami PLN selalu berupaya agar pasokan listrik
selalu dalam keadaan andal. Dan itu kami lakukan dengan kerja keras dengan
mempertaruhkan banyak hal baik jiwa maupun raga. Listrik padam bukan karena di
sengaja oleh PLN. Kalau listrik padam, PLN mahh gak jualan boss! Melalui kwh
itu lah pundi-pundi rupiah yang didapat oleh PLN.
Alhamdulillah setelah masuk PLN, saya bisa
mewujudkan satu demi impian saya yang berhubungan dengan finansial, membantu
ekonomi orang tua, dan lain-lain. Alhamdulillah lagi karena semenjak listrik
PLN masuk ke Pulau Ngenang, Pulau Ngenang sudah terdaftar di Google Map hehe,
perekonomian warga lebih bergairah, kegiatan belajar mengajar disekolah jadi
lebih baik, pesta pernikahan jadi lebih meriah, aktivitas ibadah di mesjid
lebih baik karena bisa digunakannya pengeras suara, dan PT yang bergerak di
bidang penyediaan lahan dan offshore akan masuk ke Ngenang. Dan sekarang lagi
dalam tahap pembebasan lahan dan pembuatan pagar sementara di sekeliling lahan.
Dengan adanya PT tersebut, maka terbukalah lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Semoga Ngenang menjadi lebih baik kedepannya. Amin.
Saya senang menjadi bagian dari PLN. Dan saya
senang terlibat dalam pembangunan bangsa, meskipun hal yang saya lakukan ini
adalah hal yang kecil.
SELAMAT HARI LISTRIK NASIONAL
JAYALAH PLN!
Penulis
Operator
Gardu Induk Ngenang,
FAJRI ARDI ANDIKA
NIP: 9716039R2Y
0 komentar:
Posting Komentar